KOMUNITAS TUMBUHAN
KOMUNITAS TUMBUHAN
• Konsep
komunitas dan sifatnya.
Komunitas
ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah
tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas
memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan
individu dan populasi. (Wolf, 1990.)
Berdasarkan
pandangan individualistik, komunitas tumbuhan terdiri dari kelompok tumbuhan
yang masing-masing mempertahankan individualitasnya. Namun adanya individualitas
tumbuhan bukan berarti menghambat adanya hubungan tertentu diantara tumbuhan
dalam komunitas. Hubungan ini menurut Walter digolongkan dalam tiga kelas
yaitu :
1.
Pesaing Langsung (Direct Competitors), terjadi persaingan
terhadap sumber daya lingkungan yang sama karena menempati strata atas maupun
bawah dalam suatu lahan yang sama.
2.
Spesies Dependen (Dependent Species), spesies yang hanya
dapat hidup pada niche tertentu hanya dengan hadirnya tumbuhan lain. Sebagai
contoh tumbuhan lumut yang hanya dapat tumbuh pada kondisi mikroklimat tertentu
yang dihasilkan oleh tegakan pohon.
3.
Spesies Komplementer (Compementary Species), spesies yang
tidak saling bersaing dengan spesies lain karena persyaratan hidup cukup
berhasil/ puas dengan menempati strata yang berbeda atau dengan ritme musiman
yang berbeda.
Pemberian
nama komunitas dapat berdasarkan :
1) Bentuk
atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya
seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae,
dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil.
2)
Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur,
komunitas pantai pasir, komunitas lautan,dll.
3)
Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme
komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat
di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka
disebut hutan hujan tropik. (Rahardjanto.2001)
Term
komunitas dapat diterapkan pada diterapkan pada satu stranum tumbuhan area
lokal, seperti herba, semai pohon, dan lumut daun pada lantai tepi hutan atau
daerah yang sangat luas (tipe vegetasi) atau plot vegetasi sementara yang
vegetasinya dapat berubah secara cepat; atau vegetasi yang stabil yang hampir
tak mengalami perubahan selama ratusan tahun.
Asosiasi
adalah tipe komunitas khusus yang mempunyai syarat: (a) komposisi secara
relatif konsisten, (b) fisiognomi uniform dan, (3) suatu agihan yang mencirikan
habitat khusus.
Komunitas
ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah
tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Komunitas
biotik adalah kumpulan populasi-populasi apa saja yang hidup dalam daerah atau
habitat fisik yan telah ditentukan hal tersebut ditentukan hal tersebut
merupakan satuan yang diorganisir sedemikian bahwa dia mempunyai sifat-sifat
tambahan terhadap komponen-komponen individu dan fungsi-fungsi sebagai suatu
unit melalui transformasi metabolic yang bergandengan. (Syamsurizal,2000)
Dalam
analisa komunitas, dikenal istilah keanekaragaman spesies. Dalam menentukan
indeks keragaman tersebut, ada beberapa metode analisa yang dapat digunakan,
antara lain Indeks Margalelef, Indeks Simpson, Indeks Menhenick, Indeks
Brillouin, dan Indeks Shanon. Sedangkan indeks similiaritas biasanya dianalisa
dengan indeks equitabilitas (e) dengan nilai kisaran antara 0-1.
Ada tujuh
faktor yang mempengaruhi keanekaragaman spesies, yaitu :
1.
Heterogenitas habitat
2.
kompetisis
3. ekologi
lingkungan
4. predasi
5.
stabilitas lingkungan
6. habitat
yang produktif
7. Waktu
Mangrove
merupakan komunitas tumbuhan berkayu yang khas terdapat di sepanjang pantai
terlindung atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan
mangrove sering pula disebut sebagai hutan pantai, hutan pasang surut, hutan
payau atau hutan bakau. Mangrove berfungsi menjebak dan menahan sedimen,
merendam badai pantai dan energy gelombang, memberi perlindungan bagi juvenile ikan
dan biota avertebrata dan mengasimilasi nutrient untuk dikonversi menjadi
jaringan tumbuhan, control terhadap erosi, menetralisasi limbah cair dan
sebagai sanctuary kehidupan liar ( Clark, 1982). Di Kabupaten Supiori, hutan
mangrove ditemukan di sepanjang pesisir Distrik Supiori Timur sampai Distrik
Supiori Selatan dan beberapa pulau kecil di Distrik Supiori Selatan.
Pemandangan
hutan mangrove yang indah sepanjang pesisir sungai. Tercipta nuansa petualangan
selama perjalanan menyusuri hutan mangrove. Rangkaian perjalanan dari Desa
Doubwo melewati kawasan hutan mangrove. Terdapat begitu banyak burung kakaktua,
Nuri, ikan bawal yang bermain hingga ke permukaan muara sungai. Nuansa
transportasi sungai di sepanjang hutan mangrove. (http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/deskripsi-dan-analisis-vegetasi-floristika-dan-non-floristika/
)
•
StrukturKomunitas
Analisis
komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi
jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi
yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan
asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat.
Hasil analisis komunitas tumbuhan diajikan secara deskripsi mengenai komposisi
spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya
dipengaruhi oleh hubungan antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari
setiap spesies organisme. Hal yang demikian itu menyebabkan kelimpahan relatif
suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas, bahkan dapat
memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh pada
stabilitas komunitas itu sendiri (Heddy, dkk., 1986).
Untuk
kepentingan analisis komunitas tumbuhan diperlukan parameter kualitatif. Adapun
beberapa parameter kualitatif komunitas tumbuhan antara lain fisiognomi,
fenologi, periodisitas, stratifikasi, kelimpahan, penyebaran, daya hidup, dan
bentuk pertumbuhan. Sedangkan parameter kuantitatif dalam analisis komunitas
tumbuhan adalah densitas, frekuensi, luas penutupan,indeks nilai penting (INP),
perbandingan nilai penting (summed dominance ratio), indeks dominansi, indeks
keanekaragaman, indeks kesamaan, dan homogenitas suatu komunitas. (Setiadi,
1983).
Struktur
komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif.
1)
Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas
menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
2)
Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi
kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di
dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau
biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan
penangkapan
3) Sintesis
adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah
yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan.
Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas
atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami
homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis
pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya.
(Syamsurizal,2000)
Komunitas
tumbuhan hutan memiliki dinamika atau perubahan, baik yang disebabkan oleh
adanya aktivitas alam maupun manusia. Aktivitas manusia yang berkaitan dengan
upaya memanfaatkan hutan sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya
perubahan kondisi komunitas tumbuhan yang ada di dalamnya. Aktivitas tumbuhan
di dalam hutan dapat bersifat merusak juga bersifat memperbaiki komunitas
tumbuhan hutan. Aktivitas manusia dalam hutan yang bersifat merusak komunitas
tumbuhan misalnya penebangan pohon, pencurian hasil hutan, peladangan liar,
penggembalaan liar, pembakaran hutan, dan perambakan dalam kawasan hutan.
Adapun aktivitas manusia yang bersifat memperbaiki kondisi komunitas tumbuhan
hutan adalah kegiatan reiboisasi dalam rangka merehabilitasi areal kosong bekas
penebangan, areal kosong bekas kebakaran, maupun reiboisasi dalam rangka
pembangunan hutan tanaman industri (Soemarwoto, 1983).
Keanekaragaman/
Diversitas Jenis
Soetjipta,
1993 (dalam Ngurah Rai, 1999), menyebutkan ada lima ciri komunitas yang telah
diukur dan dikaji adalah:
1.
Keragaman spesies, dapat dipermasalahkan spesies hewan dan
tumbuhan yang manakah yang hidup dalam suatu komunitas tertentu. Deskripsi
spesies semacam ini merupakan ukuran sederhana bagi kekayaan spesies atau
keragaman spesies/ diversitas spesies.
2.
Bentuk dan struktur pertumbuhan. Tipe komunitas dapat diberikan
dengan kategori utama bentuk pertumbuhan: pohon, perdu atau lumut selanjutnya
ciri ini dapat di rinci ke dalam kategori bentuk pertumbuhan lebih kecil
misalnya pohon yang berdaun lebar dan pohon berdaun jarum. Bentuk pertumbuhan
ini dapat menentukan stratifikasi.
3.
Dominansi. Dapat diamati bahwa tidak semua spesies dalam komunitas
sama penting menentukan sifat komunitas. Dari beratus spesies yang mungkin ada
di dalam suatu komunitas, secara nisbi hanya beberapa saja yang berpengaruh
mampu mengendalikan komunitas tersebut. Spesies dominan adalah spesies yang
secara ekologik sangat berhasil dan yang mampu menentukan kondisi yang
diperlukan untuk pertumbuhannya.
4.
Kelimpahan nisbi. Proporsi spesies yang berbeda dalam spesies
dapat ditentukan.
5.
Struktur tropik. Hubungan makanan spesies dalam komunitas akan
menentukan arus energi dan bahan dari tumbuhan ke herbivora ke karnivora.
• Sifat
komunitas
Barbour
et al, 1987 (dalam Ngurah Rai, 1999) menyebutkan ada delapan sifat/atribut
komunitas tumbuhan seperti tampak pada tabel di bawah ini.
1.
Fisiognom
-
Arsitek
-
Life form
-
Cover, leaf area index (LAI)
-
Fenologi 5. Daur nutrient
-
Kebutuhan nutrien
-
Kapasitas penyimpanan
-
Laju kembalinya nutrien ke tanah
-
Efisiensi penahanan nutrien pada daur nutrien.
2.
Komposisi spesies
-
Spesies karakteristik
-
Spesies umum dan kebetulan
-
Arti penting relatif (cover, densitas dll) 6.
Perubahan atau perkembangan
-
Menurut waktu
-
Suksesi
-
Stabilitas
-
Tanggapan terhadap perubahan klimatik
-
Evolusi
3.
Pola spesies
-
Spatial/ ruang
-
Luas niche dan tumpang tindih
7. Produktivitas
-
Biomassa
-
Produktivitas bersih tahunan
-
Efesiensi produktivitas bersih
-
Alokasi produksi bersih
4.
Diversitas spesies
-
Kekayaan
-
Kerataan
-
Diversitas (dalam stand dan diantara stand) 8.
Kreasi dan pengendalian lingkungan mikro
(Syafei.
1990)
1.1
Fisiognomi, Komposisi Spesies, dan Pola Ruang/Spatial
a.
Fisiognomi
Fisiognomi
adalah kenampakan eksternal vegetasi, struktur vertikal(arsitektur atau
struktur biomas), dan bentuk pertumbuhan (growth form) taksa dominan.
Fisiognomi merupakan sifat yang muncul pada komunitas.
Struktur
vertikal mengacu pada tinggi dan penutupan kanopi tiap lapisan dalam komunitas.
Penutupan
kanopi dinyatakan sebagai persentase tanah yang ditutupi oleh kanopi bila
kanopi diproyeksikan kebawah. Penutupan dapat juga dinyatakan sebagai leaf area
index (LAI).
b. Komposisi
spesies
Komposisi
spesies suatu komunitas juga sangat penting, karena komunitas ditentukan atas
dasar floristik. Kelimpahan(abundance), arti penting (importance), atau
dominasi tiap spesies dapat dinyatakan secara numerical, sehingga komunitas
dapat dibandingkan atas dasar kesamaan dan perbedaan spesies.
c. Susunan
ruang
Susunan
ruang spesies adalah sifat lain komunitas. Individu dalam suatu spesies dapat
tertagih(distribute) secara acak atau mengelompok/clumped (interaksi positif
atau netral ), atau terlalu memancar/overdispered(interaksi negatif).
Arti penting
interaksi spesies dan interdependensi terhadap komunitas memperkirakan bahwa
komunitas stabil, memperlihatkan lebih banyak terjadinya interaksi spesies pada
komunitas transient/sementara.
Pemberian
komunitas berdasarkan pada fisiognomi, life form, tumpang tindih niche,
adalah berguna karena kemungkinana perbandingan stand yang terpisah jauh yang
mempunyai persamaan floristik atau tidak.
1.2 Kekayaan
spesies, kemerataa/enenness, dan keanekaragaman/ Diversitas
a. Kekayaan
spesies
Kekayaan
spesies adalah jumlah spesies dalam area pada suatu komunitas, tiap spesies
nampaknya tidak mempunyai jumlah individu sama.
b. Agihan
individu antar spesies disebut kemerataan atau ekuibilitas spesies. Kemerataan
menjadi maksimum jika semua spesies mempunyai jumlah individu yang sama.
c.
Diversitas spesies adalah gabungan kekayaan dan kemerataan. Diversitas spesies
adalah kekayaan spesies yang di bobotkan leh kemerataan spesies, dan terdapat
rumus untuk menyatakan bilangan indeks tunggal. Secara biologis, diversitas
adalah heterogenitas populasi suatu omunitas.
1.3 Daur dan
pola alokasi
Enam bela
elemen telah dikenal sebagai persyaratan untuk pertumbuhan normal dan
perkembangan tumbuhan tinggi: karbon, hidrogen, fosfor, oksigen, manganese,
tembaga, potassium, sulfur, magnesium, besi, boron, seng, chlorine dan
molybdenum.
Komunitas
membutuhkan nutrien essensial yan tidak sama dari tamah. Komunitas memiliki
laju/rate pengambilan nutrien ke tanah yang efisiensi daur
tumbuhan-tanah-tumbuhan yanh berbeda. Nutrien dikembalikan ke tanah dalam
bentuk jatuhkan serasah.
Komunitas
suksesional awal memerlukan sedikit nitrogen tanah yang mengakumulasi sangat
sedikit nutrien di dalam jaringannya dan mengembalikan nutrien dengan cepat ke
tanah.
Stabilitas
Stabilitas
adalah term yang kompleks dan mencakup beberapa kualitas objek. Komponen
stabilitas yang pertama adalah resistensi, yaitu kemampuan komunitas untuk
tetap tak berubah selama periode stres. Yang kedua adalah daya
lenting/Resilience adalah kemampuan komunitas untuk kembali kebentuk normal
setelah terjadi proses gangguan atau stres. Yang ketiga adalah
tinggal-perbedaan/variance maksudnya kemampuan komunitas untuk memperlihatkan
kelimpahan yang tinggi pada beberapa spesies. Yang ke empat adalah
kegigihan/persintenc yaitu kemampuan untuk relatif tak berubah sepanjang waktu.
2. Macam
Interaksi
Dalam
komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara
komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Interaksi
antarkomponen ekologi dapat merupakan interaksi antarorganisme, antarpopulasi,
dan antarkomunitas.
1. Interaksi
antar organisme
Semua
makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu
akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik
individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi
lain.
Interaksi
demikian banyak kita lihat di sekitar kita.
Interaksi
antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat.
Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.
1) Netral
adalah hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama
yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak,
disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.
2) Predasi
adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat
sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga
berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya,
yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus.
3)
Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, satu organisme
hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga
bersifat merugikan inangnya.
Kita
mengklasifikasikan pemangsaan dan parasitisme bersama-sama di sini karena
keduanya merupakan interaksi +/- dalam komunitas. Dalam parasitisme, satu
organisme mendapatkan makanannya dari organism lain, inangnya, yang tersakiti
atau paling tidak kehilangan sebagian energy atau materi dalam proses tersebut.Contoh
: benalu dengan pohon inang. (Campbell.2004)
4)
Komensalisme adalah merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies
dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies
diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon
yang ditumpanginya.
5)
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang
saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup
pada bintil akar kacang-kacangan.
2. Interaksi
Antarpopulasi
Antara
populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara
langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi
adalah sebagai berikut.
Alelopati
merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat
yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon
walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini
menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati
dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan
antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Kompetisi
merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang
sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh,
persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.
3. Interaksi
Antar Komunitas
Komunitas
adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling
berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas
sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung,
ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton,
fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi
interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran
organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi
antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga
aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya
pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut
dan darat.
4. Interaksi
Antarkomponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi
antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubunganantara
organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam
sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur
atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.
Dengan
adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan
keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini
merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh
maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai
keseimbangan baru. (Syamsurizal.2000)
Kesimpulan
1. Komunitas
ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah
tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
2. Komunitas
biotik adalah kumpulan populasi-populasi apa saja yang hidup dalam daerah atau
habitat fisik yan telah ditentukan hal tersebut merupakan satuan yang
diorganisir sedemikian bahwa dia mempunyai sifat-sifat tambahan terhadap komponen-komponen
individu dan fungsi-fungsi sebagai suatu unit melalui transformasi metabolic
yang bergandengan.
3. Struktur
komunitas
•
Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas
menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
•
Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif.
4. Sifat
komunitas
ü Fisiognomi
ü Komposisi spesies
ü Susunan ruang
ü Kekayaan spesies
ü Agihan individu antar spesies
ü Diversitas spesies
ü Daur dan pola alokasi
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell,
Neil A. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga
Eugene. P.
Odum. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Heddy, S.,
S.B Soemitro, dan S. Soekartomo. 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta : Rajawali
Indriyanto.
2006. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara
Rahardjanto,
Abdulkadir. 2001. Ekologi Umum. Malang : UNM Press
Setiadi, Y.
1983. Pengertian Dasar Tentang Konsep Ekosistem. Bogor : Fakultas kehutanan IPB
Soemarwoto,
O. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Djambanan
Syafei, Eden
Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung : ITB
Syamsurizal.
1999. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Padang: UNP press
Wolf, Larry
dan S.J McNaughton. 1990. Ekologi Umum. Yogyakarta : UGM press