Jumat, 05 April 2013

KONSEP KOMUNITAS DAN SIFAT-SIFATNYA


KOMUNITAS TUMBUHAN

KOMUNITAS TUMBUHAN

• Konsep komunitas dan sifatnya.
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. (Wolf, 1990.)
Berdasarkan pandangan individualistik, komunitas tumbuhan terdiri dari kelompok tumbuhan yang masing-masing mempertahankan individualitasnya. Namun adanya individualitas tumbuhan bukan berarti menghambat adanya hubungan tertentu diantara tumbuhan dalam komunitas. Hubungan ini menurut  Walter digolongkan dalam tiga kelas yaitu :
1.        Pesaing Langsung (Direct Competitors), terjadi persaingan terhadap sumber daya lingkungan yang sama karena menempati strata atas maupun bawah dalam suatu lahan yang sama.
2.        Spesies Dependen (Dependent Species), spesies yang hanya dapat hidup pada niche tertentu hanya dengan hadirnya tumbuhan lain. Sebagai contoh tumbuhan lumut yang hanya dapat tumbuh pada kondisi mikroklimat tertentu yang dihasilkan oleh tegakan pohon.
3.        Spesies Komplementer (Compementary Species), spesies yang tidak saling bersaing dengan spesies lain karena persyaratan hidup cukup berhasil/ puas dengan menempati strata yang berbeda atau dengan ritme musiman yang berbeda.

Pemberian nama komunitas dapat berdasarkan :
1) Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil.
2) Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan,dll.
3) Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik. (Rahardjanto.2001)
Term komunitas dapat diterapkan pada diterapkan pada satu stranum tumbuhan area lokal, seperti herba, semai pohon, dan lumut daun pada lantai tepi hutan atau daerah yang sangat luas (tipe vegetasi) atau plot vegetasi sementara yang vegetasinya dapat berubah secara cepat; atau vegetasi yang stabil yang hampir tak mengalami perubahan selama ratusan tahun.
Asosiasi adalah tipe komunitas khusus yang mempunyai syarat: (a) komposisi secara relatif konsisten, (b) fisiognomi uniform dan, (3) suatu agihan yang mencirikan habitat khusus.
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Komunitas biotik adalah kumpulan populasi-populasi apa saja yang hidup dalam daerah atau habitat fisik yan telah ditentukan hal tersebut ditentukan hal tersebut merupakan satuan yang diorganisir sedemikian bahwa dia mempunyai sifat-sifat tambahan terhadap komponen-komponen individu dan fungsi-fungsi sebagai suatu unit melalui transformasi metabolic yang bergandengan. (Syamsurizal,2000)

Dalam analisa komunitas, dikenal istilah keanekaragaman spesies. Dalam menentukan indeks keragaman tersebut, ada beberapa metode analisa yang dapat digunakan, antara lain Indeks Margalelef, Indeks Simpson, Indeks Menhenick, Indeks Brillouin, dan Indeks Shanon. Sedangkan indeks similiaritas biasanya dianalisa dengan indeks equitabilitas (e) dengan nilai kisaran antara 0-1. 

Ada tujuh faktor yang mempengaruhi keanekaragaman spesies, yaitu :
1. Heterogenitas habitat
2. kompetisis
3. ekologi lingkungan
4. predasi
5. stabilitas lingkungan
6. habitat yang produktif
7. Waktu


Mangrove merupakan komunitas tumbuhan berkayu yang khas terdapat di sepanjang pantai terlindung atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove sering pula disebut sebagai hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau. Mangrove berfungsi menjebak dan menahan sedimen, merendam badai pantai dan energy gelombang, memberi perlindungan bagi juvenile ikan dan biota avertebrata dan mengasimilasi nutrient untuk dikonversi menjadi jaringan tumbuhan, control terhadap erosi, menetralisasi limbah cair dan sebagai sanctuary kehidupan liar ( Clark, 1982). Di Kabupaten Supiori, hutan mangrove ditemukan di sepanjang pesisir Distrik Supiori Timur sampai Distrik Supiori Selatan dan beberapa pulau kecil di Distrik Supiori Selatan.

Pemandangan hutan mangrove yang indah sepanjang pesisir sungai. Tercipta nuansa petualangan selama perjalanan menyusuri hutan mangrove. Rangkaian perjalanan dari Desa Doubwo melewati kawasan hutan mangrove. Terdapat begitu banyak burung kakaktua, Nuri, ikan bawal yang bermain hingga ke permukaan muara sungai. Nuansa transportasi sungai di sepanjang hutan mangrove. (http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/deskripsi-dan-analisis-vegetasi-floristika-dan-non-floristika/ )

• StrukturKomunitas
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Hasil analisis komunitas tumbuhan diajikan secara deskripsi mengenai komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap spesies organisme. Hal yang demikian itu menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas itu sendiri (Heddy, dkk., 1986).
Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan diperlukan parameter kualitatif. Adapun beberapa parameter kualitatif komunitas tumbuhan antara lain fisiognomi, fenologi, periodisitas, stratifikasi, kelimpahan, penyebaran, daya hidup, dan bentuk pertumbuhan. Sedangkan parameter kuantitatif dalam analisis komunitas tumbuhan adalah densitas, frekuensi, luas penutupan,indeks nilai penting (INP), perbandingan nilai penting (summed dominance ratio), indeks dominansi, indeks keanekaragaman, indeks kesamaan, dan homogenitas suatu komunitas. (Setiadi, 1983).
Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif.
1) Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.

2) Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan penangkapan

3) Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya. (Syamsurizal,2000)
Komunitas tumbuhan hutan memiliki dinamika atau perubahan, baik yang disebabkan oleh adanya aktivitas alam maupun manusia. Aktivitas manusia yang berkaitan dengan upaya memanfaatkan hutan sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya perubahan kondisi komunitas tumbuhan yang ada di dalamnya. Aktivitas tumbuhan di dalam hutan dapat bersifat merusak juga bersifat memperbaiki komunitas tumbuhan hutan. Aktivitas manusia dalam hutan yang bersifat merusak komunitas tumbuhan misalnya penebangan pohon, pencurian hasil hutan, peladangan liar, penggembalaan liar, pembakaran hutan, dan perambakan dalam kawasan hutan. Adapun aktivitas manusia yang bersifat memperbaiki kondisi komunitas tumbuhan hutan adalah kegiatan reiboisasi dalam rangka merehabilitasi areal kosong bekas penebangan, areal kosong bekas kebakaran, maupun reiboisasi dalam rangka pembangunan hutan tanaman industri (Soemarwoto, 1983).

Keanekaragaman/ Diversitas Jenis
Soetjipta, 1993 (dalam Ngurah Rai, 1999), menyebutkan ada lima ciri komunitas yang telah diukur dan dikaji adalah:
1.      Keragaman spesies, dapat dipermasalahkan spesies hewan dan tumbuhan yang manakah yang hidup dalam suatu komunitas tertentu. Deskripsi spesies semacam ini merupakan ukuran sederhana bagi kekayaan spesies atau keragaman spesies/ diversitas spesies.
2.      Bentuk dan struktur pertumbuhan. Tipe komunitas dapat diberikan dengan kategori utama bentuk pertumbuhan: pohon, perdu atau lumut selanjutnya ciri ini dapat di rinci ke dalam kategori bentuk pertumbuhan lebih kecil misalnya pohon yang berdaun lebar dan pohon berdaun jarum. Bentuk pertumbuhan ini dapat menentukan stratifikasi.
3.      Dominansi. Dapat diamati bahwa tidak semua spesies dalam komunitas sama penting menentukan sifat komunitas. Dari beratus spesies yang mungkin ada di dalam suatu komunitas, secara nisbi hanya beberapa saja yang berpengaruh mampu mengendalikan komunitas tersebut. Spesies dominan adalah spesies yang secara ekologik sangat berhasil dan yang mampu menentukan kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhannya.
4.      Kelimpahan nisbi. Proporsi spesies yang berbeda dalam spesies dapat ditentukan.
5.      Struktur tropik. Hubungan makanan spesies dalam komunitas akan menentukan arus energi dan bahan dari tumbuhan ke herbivora ke karnivora.





• Sifat komunitas
 Barbour et al, 1987 (dalam Ngurah Rai, 1999) menyebutkan ada delapan sifat/atribut komunitas tumbuhan seperti tampak pada tabel di bawah ini.

1.    Fisiognom
-       Arsitek
-       Life form
-       Cover, leaf area index (LAI)
-       Fenologi 5.    Daur nutrient
-       Kebutuhan nutrien
-       Kapasitas penyimpanan
-       Laju kembalinya nutrien ke tanah
-       Efisiensi penahanan nutrien pada daur nutrien.

2.    Komposisi spesies
-       Spesies karakteristik
-       Spesies umum dan kebetulan
-       Arti penting relatif (cover, densitas dll) 6.    Perubahan atau perkembangan
-       Menurut waktu
-       Suksesi
-       Stabilitas
-       Tanggapan terhadap perubahan klimatik
-       Evolusi 
3.    Pola spesies
-       Spatial/ ruang
-       Luas niche dan tumpang tindih
 7.    Produktivitas
-       Biomassa
-       Produktivitas bersih tahunan
-       Efesiensi produktivitas bersih
-       Alokasi produksi bersih
4.    Diversitas spesies
-       Kekayaan
-       Kerataan
-       Diversitas (dalam stand dan diantara stand) 8.    Kreasi dan pengendalian lingkungan mikro
(Syafei. 1990)


1.1 Fisiognomi, Komposisi Spesies, dan Pola Ruang/Spatial 
a. Fisiognomi 
Fisiognomi adalah kenampakan eksternal vegetasi, struktur vertikal(arsitektur atau struktur biomas), dan bentuk pertumbuhan (growth form) taksa dominan. Fisiognomi merupakan sifat yang muncul pada komunitas.
Struktur vertikal mengacu pada tinggi dan penutupan kanopi tiap lapisan dalam komunitas.
Penutupan kanopi dinyatakan sebagai persentase tanah yang ditutupi oleh kanopi bila kanopi diproyeksikan kebawah. Penutupan dapat juga dinyatakan sebagai leaf area index (LAI). 
b. Komposisi spesies 
Komposisi spesies suatu komunitas juga sangat penting, karena komunitas ditentukan atas dasar floristik. Kelimpahan(abundance), arti penting (importance), atau dominasi tiap spesies dapat dinyatakan secara numerical, sehingga komunitas dapat dibandingkan atas dasar kesamaan dan perbedaan spesies.
c. Susunan ruang
Susunan ruang spesies adalah sifat lain komunitas. Individu dalam suatu spesies dapat tertagih(distribute) secara acak atau mengelompok/clumped (interaksi positif atau netral ), atau terlalu memancar/overdispered(interaksi negatif).
Arti penting interaksi spesies dan interdependensi terhadap komunitas memperkirakan bahwa komunitas stabil, memperlihatkan lebih banyak terjadinya interaksi spesies pada komunitas transient/sementara. 
Pemberian komunitas berdasarkan pada fisiognomi, life form, tumpang  tindih niche, adalah berguna karena kemungkinana perbandingan stand yang terpisah jauh yang mempunyai persamaan floristik atau tidak.

1.2 Kekayaan spesies, kemerataa/enenness, dan keanekaragaman/ Diversitas  
a. Kekayaan spesies 
Kekayaan spesies adalah jumlah spesies dalam area pada suatu komunitas, tiap spesies nampaknya tidak mempunyai jumlah individu sama.
b. Agihan individu antar spesies disebut kemerataan atau ekuibilitas spesies. Kemerataan menjadi maksimum jika semua spesies mempunyai jumlah individu yang sama.
c. Diversitas spesies adalah gabungan kekayaan dan kemerataan. Diversitas spesies adalah kekayaan spesies yang di bobotkan leh kemerataan spesies, dan terdapat rumus untuk menyatakan bilangan indeks tunggal. Secara biologis, diversitas adalah heterogenitas populasi suatu omunitas.

1.3 Daur dan pola alokasi
Enam bela elemen telah dikenal sebagai persyaratan untuk pertumbuhan normal dan perkembangan tumbuhan tinggi: karbon, hidrogen, fosfor, oksigen, manganese, tembaga, potassium, sulfur, magnesium, besi, boron, seng, chlorine dan molybdenum.
Komunitas membutuhkan nutrien essensial yan tidak sama dari tamah. Komunitas memiliki laju/rate pengambilan nutrien  ke tanah yang efisiensi daur tumbuhan-tanah-tumbuhan yanh berbeda. Nutrien dikembalikan ke tanah dalam bentuk jatuhkan serasah.
Komunitas suksesional awal memerlukan sedikit nitrogen tanah yang mengakumulasi sangat sedikit nutrien di dalam jaringannya dan mengembalikan nutrien dengan cepat ke tanah.

Stabilitas 
Stabilitas adalah term yang kompleks dan mencakup beberapa kualitas objek. Komponen stabilitas yang pertama adalah resistensi, yaitu kemampuan komunitas untuk tetap tak berubah selama periode stres. Yang kedua adalah daya lenting/Resilience adalah kemampuan komunitas untuk kembali kebentuk normal setelah terjadi proses gangguan atau stres. Yang ketiga adalah tinggal-perbedaan/variance maksudnya kemampuan komunitas untuk memperlihatkan kelimpahan yang tinggi pada beberapa spesies. Yang ke empat adalah kegigihan/persintenc yaitu kemampuan untuk relatif tak berubah sepanjang waktu.

2. Macam Interaksi

Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Interaksi antarkomponen ekologi dapat merupakan interaksi antarorganisme, antarpopulasi, dan antarkomunitas.

1. Interaksi antar organisme
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. 
Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita.

Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.

1) Netral adalah hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.

2) Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus.

3) Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya. 
Kita mengklasifikasikan pemangsaan dan parasitisme bersama-sama di sini karena keduanya merupakan interaksi +/- dalam komunitas. Dalam parasitisme, satu organisme mendapatkan makanannya dari organism lain, inangnya, yang tersakiti atau paling tidak kehilangan sebagian energy atau materi dalam proses tersebut.Contoh : benalu dengan pohon inang. (Campbell.2004)

4) Komensalisme adalah merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.

5) Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.

2. Interaksi Antarpopulasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut.
Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.

3. Interaksi Antar Komunitas

Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat. 

4. Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik

Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi. 
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru. (Syamsurizal.2000)



Kesimpulan 

1. Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
2. Komunitas biotik adalah kumpulan populasi-populasi apa saja yang hidup dalam daerah atau habitat fisik yan telah ditentukan hal tersebut merupakan satuan yang diorganisir sedemikian bahwa dia mempunyai sifat-sifat tambahan terhadap komponen-komponen individu dan fungsi-fungsi sebagai suatu unit melalui transformasi metabolic yang bergandengan.
3. Struktur komunitas 
• Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
• Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif.
4. Sifat komunitas 
ü Fisiognomi 
ü Komposisi spesies 
ü Susunan ruang
ü Kekayaan spesies 
ü Agihan individu antar spesies 
ü Diversitas spesies 
ü Daur dan pola alokasi



DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga

Eugene. P. Odum. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Heddy, S., S.B Soemitro, dan S. Soekartomo. 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta : Rajawali
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara
Rahardjanto, Abdulkadir. 2001. Ekologi Umum. Malang : UNM Press
Setiadi, Y. 1983. Pengertian Dasar Tentang Konsep Ekosistem. Bogor : Fakultas kehutanan IPB
Soemarwoto, O. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Djambanan
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung : ITB

Syamsurizal. 1999. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Padang: UNP press

Wolf, Larry dan S.J McNaughton. 1990. Ekologi Umum. Yogyakarta : UGM press

RPP BIO SMA (VIRUS)


RENCANA PELAKSANAAN  PEMBELAJARAN
                                                                                                                    Nama Sekolah                    : SMA VETERAN 1 SUKOHARJO
                                       Mata Pelajaran                   : BIOLOGI
                                       Kelas/Semester                   : X / 1
                                       Pertemuan Minggu ke       : 2 (Dua)
                                       Alokasi Waktu                    : 1 X 25 Menit

I.                   Standar Kompetensi
2. Memahami prinsip-prinsip Pengelompokan Makhluk Hidup
II.                Kompestensi Dasar
Mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi dan peran virus dalam kehidupan
III.             Indikator
·         Menjelaskan cara replikasi virus
IV.             Tujuan Pembelajaran
Setelah proses belajar dan pembelajaran dengan metode diskusi informasi diharapkan siswa dapat :
1.      Menjelaskan cara- cara hidup virus dengan benar
2.      Menjelaskan tahapan siklus litik dengan benar
3.      Menganalisis  tahapan siklus lisogenik dengan benar
4.      mengevaluasi perbedaan siklus litik dengan lisogenik minimal 3
V.                Materi Pembelajaran
1.      Perkembangbiakan virus (Replikasi virus)
Virus hanya dapat berkembang biak pada sel atau jaringan hidup, antara lain pada bakteri, jaringan embrio, hewan, tumbuhan ataupun manusia (parasit obligat).
2.      Didalam proses reproduksi di dalam tubuh inang itu ada dua keputusan yang diambil berupa dua macam daur hidup, yaitu daur litik atau daur lisogenik.





a.       DAUR LITIK
·         Daur hidup litik terdiri dari fase adsorbsi (penempelan), fase infeksi (penetrasi), fase replikasi (sintesis), fase perakitan (pembebasan virus baru).dan fase lisis (fase penghancuran inang)
·         Fase ini dicirikan inang yang digunakan untuk reproduksi , mahkluk hidup sebagai inang yang diambilin proteinnya untuk membentuk kapsidnya , Mati terkapar kemudian di tinggalkan virus
1)      Fase Adsorbsi
Virus (bakteriofage) dalam fase ini mulai melekatkan diri dengan organisme inang (bakteri Escherichia coli) pada bagian permukaan sel bakteri. Alat yang digunakan oleh virus untuk melakukan perlekatan adalah serabut ekor yang ada di bagian dekat struktur ekor. Virus harus mengenali daerah reseptor virus pada permukaan sel bakteri sebelum melakuan perlekatan, lisozim merusak dinding bakteri dan terhidrolisis (rusak) lalu masuk fase penetrasi.
2)      Fase Infeksi (Penetrasi)
Fase infeksi merupakan fase yang melibatkan pemasukan materi genetik virus (asam nukleat) ke dalam sel organisme inang. Asam nukleat (molekul DNA atau RNA) dimasukkan ke dalam sel dan akan melakukan tugasnya sebagai blue print kehidupan virus.        
3)      Eklifase -Replikasi (sintesis)
Molekul DNA Virus dalam fase ini memulai fungsinya sebagai materi genetik, yaitu mensintesis protein yang berhubungan dengan struktur dan enzim virus. Struktur virus pada fase ini mulai dibentuk, seperti struktur capsid, ekor dan serabut ekor.
4)       Fase Perakitan
Struktur tubuh virus setelah disintesis mulai dirakit menjadi struktur virus yang utuh sebagai virus-virus baru. Setiap virus hasil perakitan memiliki struktur lengkap seperti virus pada umunya (memiliki capsid, ekor dan serabut ekor).
5)       Fase lisis
Virus-virus baru yang telah matang dan telah sempurna bentuk dan strukturnya akan keluar dari sel inang. Proses keluarnya virus-virus baru dengan cara merusak struktur sel (lisis) sehingga sel inang pecah dan virus-virus dapat keluar dari sel ± 200 buah. virus-virus yang baru ini siap untuk menginfeksi sel inang lain.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2PMqwgsPPDZwXO-XI2-xmtukJ_BVa4MJgHGHo19W-9CHk4g8BtpiRPP9q1NSnUuq3O405DTS-w4KtLDw1CNOp7hNc4ece5Qur3reCmndQ-TpE1IXF81EaJsYFaWHcZeqJ1ldtGowfmX-6/s320/LITIC+CYCLUS.bmp 
b.      DAUR LISOGENIK
·           Daur hidup lisogenik terdiri dari fase adsorbsi (penempelan), fase infeksi (penetrasi), fase pengabungan dan fase pembelahan.ini
·           Fase dicirikan inang yang digunakan untuk reproduksi , mahkluk hidup sebagai inang tetap hidup karena sel inang tetap kuat , antibody untuk melawan antigen virus kuat sehingga virus hanya membentuk Profage penyatuan DNA virus dan DNA inang (pengikatan kromosom).
·           Sel Inang masih melanjutkan aktivitasnya dengan baik , mampu juga membelah diri , namun Profage masih berada yang diambilin proteinnya untuk membentuk kapsidnya .
1)      Fase Adsorbsi
Virus (bakteriofage) dalam fase ini mulai melekatkan diri dengan organisme inang (bakteri Escherichia coli) pada bagian permukaan sel bakteri. Alat yang digunakan oleh virus untuk melakukan perlekatan adalah serabut ekor yang ada di bagian dekat struktur ekor. Virus harus mengenali reseptor virus pada permukaan sel bakteri sebelum melakuan perlekatan.

2)      Fase Infeksi (Penetrasi)
Fase infeksi merupakan fase yang melibatkan pemasukan materi genetik virus (asam nukleat) ke dalam sel organisme inang. Asam nukleat (molekul DNA atau RNA) dimasukkan ke dalam sel dan akan melakukan tugasnya sebagai blue print kehidupan virus. virus masuk ke dalam siklus lisogenik maka tahapan selanjutnya adalah pengabungan kedua macam asam nukleat (miliki virus dan milik sel inang), dan fase pembelahan.

3)      Fase Penggabungan -Pembentukan profage
Fase penggabungan dapat dialami oleh virus ketika memasuki siklus hidup lisogenik. Setelah asam nukleat virus berhasil dimasukkan ke dalam organisme inang, selanjutnya asama nuklaet tersebut bergabung dengan DNA Kromosom organisme inang, dalam hal ini DNA Kromosom bakteri. Penggabungan materi genetik ini bertujuan untuk menitipkan DNA atau RNA virus ke DNA Kromosom untuk selanjutnya ikut digandakan saat proses pembelahan sel. DNA Kromosom bakteri adalah DNA yang memiliki informasi genetik bakteri termasuk salah satunya adalah informasi perintah untuk melakukan pembelahan sel.

4)      Fase pembelahan
Virus pada fase ini akan memanfaatkan proses pembelahan sel bakteri untuk penggandaan materi genetiknya yang sudah bergabung dengan DNA Kromosom. Jika satu sel bakteri membelah menjadi dua bakteri (saat pembelahan biner), maka akan didapat dua sel bakteri yang masing-masing di dalamnya terdapat DNA virus. Begitu juga seterusnya, dari dua sel bakteri tersebut akan tersu mengalami pembelahan dan jumlah DNA virus yang dihasilkan adalah sebanding dengan jumlah sel bakteri hasil pembelahan. Jika jumlah DNA virus yang dibutuhkan sudah cukup, DNA virus akan memisahkan kembali dan virus akan masuk ke daur litik melalui fase sintesis (replikasi).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFsOE8Y6qt0kbli5SGjMeR6pn_2XaWFa6GZ5yqw7Ox2_r4zzUJwbMpTKZmDTtsE0J0s6Jis9fGF4hVXTv5TwczhXTEcFCvNsQ5oawjMSPjEo8cQRPN2aOKS1ILrubtz8DisEeMInh-EQHy/s320/LISOGENIC-CYCLUS.bmp 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-zPkzdpu28gfEmgEGbnSFoIY8nLuX9_UDeCn4lq9aWjdJ9dKeddE4pZV7YspMXqjF2QkGqshPNZ88SL5OhdNQixcs67Cx8BEFmZrBEH2xmQpQ9V-OgrPGjk4rSgj6hY2qpcRertNe-2tr/s320/LITIK+-LISOGENIK.bmp
Gambar : Daur Hidup Virus litik-lisogenik
Perbedaan siklus litik dan lisogenik:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8Q5t0w0GSDhpQr8VPoXoRxQvEYojR-T5MnWHj4B0JLjaspr3pZj30ktDU-vXZQIx5EM-WBb6EXBaJvdFhNpC9bkvD3rGrbG7immyKXI92lWGVyc2DVqKXiKVm4Yd0ILuNc3U3HigQPLMg/s320/beda+daur+litik+dan+lisogenik.bmp

VI.             Metode Pembelajaran
·         Ceramah variasi
·         Tanya jawab
VII.          Sumber
·         Pratiwi dkk.2004.Biologi SMA X. Jakarta: Erlangga
·         Pratiwi dkk.2006.Biologi SMA kelas X jilid I. Jakarta: Erlangga
Alat Bantu
·         Gambar tahapan replikasi virus
·         Laptop
·         LCD
VIII.       Kegiatan pembelajaran

No.
Langkah-langkah
Waktu
Life Skill
Guru
Siswa
1.






Pendahuluan
·         Salam
·    Mengkondisikan kelas siap memulai pelajaran
·    Mengabsen
·    Penjelasan singkat tentang kompetensi yang akan dimiliki siswa
·    Apersepsi : cara hidup virus


·   Siap menerima pelajaran

·   Memperhatikan arahan




5 Menit

·   Kesadaran akan eksistensi Guru
·   Mampu mengidentifikasi variabel, menghubungkan materi.
2.





3.
Pengembangan :
·         Menjelaskan tahapan replikasi virus secara lisis dan lisogenik
·         Guru mengajukan pertanyaan.
Penutup
1.      Guru dan siswa mengambil kesimpulan bersama- sama.
2.      Guru memberi tahu materi pada pertemuan selanjutnya.

·     Menyimak penjelasan Guru
·     Siswa menjawab


· Tanya jawab
· Siswa dan Guru
Membuat kesimpulan.
·    Siswa memperhatikan.

17 menit




3 menit




·   Aktif bertanya
·   Menghubungkan materi dengan  kehidupan nyata

· Berpikir kritis serta berperan dalam menggunakan media


IX.             Evaluasi Pembelajaran
·         Post test
-          Bentuk  : Tes uraian
·         Penilaian sikap
-          Lembar observasi keaktifan siswa
 
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA

No
Nama Peserta Didik
ASPEK
Jumlah Skor
Keterangan
TANYA
JAWAB

Lisnawati





Eni purwanti





Efri Fitri





Wisnu W.





Eva Dwi O.





Apriati





Nining W.





Suparsih





Dwi Miratih





Ismail Bayu





Srihastuti





Abdul Q.





Andang Tulus





Ariska C.













CATATAN :
  1. Kolom perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut :
·         1 = Sangat kurang
·         2 = Kurang
·         3 = Sedang
·         4  = Baik
·         5 = Sangat baik
  1. Nilai merupakan jumlah nilai dari skor-skor tiap indikator perilaku
  2. Keterangan diisi dengan kriteria berikut :
1)      Nilai 9 –10 Berarti amat baik
2)      Nilai 7 – 8 Berarti baik
3)      Nilai 5 – 6 Berarti sedang
4)      Nilai 3 – 4 Berarti kurang
5)      Nilai 1 – 2 Berarti sangat kurang

     Nama Sekolah                  : SMA NEGERI 1 ANDONG
Mata Pelajaran                 : Biologi
Kelas / Semester                : X / 1
Pertemuan minggu ke        : 4 (Empat)
Alokasi Waktu                    : 45 Menit

Tes evaluasi (kuis)
1.      Virus bersifat parasit obligat, jelaskan!
2.      Jelaskan tahap-tahap Siklus Litik dalam reproduksi virus!
3.      Analisislah   tahapan siklus lisogenik di bawah ini, kemudian jelaskan!
4.      Evaluasilah jawaban temanmu tentang perbedaan antara siklus litik dengan lisogenik di bawah ini!
Siklus/daur litik
Siklus/daur lisogenik
• Waktu relatif lama
• Menonaktifkan bakteri (virulen)
• Sel inang akan lisis / hancur
• Terjadi dalam 5 tahapan
• hasil virus tergantung pembelahan inang, 2 sel dalam sekali pembelahan.
• Waktu relatif singkat
• Mengkombinasi materi genetik bakteri dengan virus (non virulen)
• sel inang dapat membelah secara normal lagi.
• Terjadi dalam 4 tahapan
• Hasil virus banyak (sekali lisis)













RUBRIK PENILAIAN

No.
Rubrik
Skor
1.
1.      Tidak ada respon
2.      Virus hanya dapat berkembang biak pada sel atau jaringan hidup
3.      pada bakteri
4.      jaringan embrio
5.      hewan
6.      tumbuhan
7.      manusia
0
1

1
1
1
1
1

Jumlah skor
6
2.
1.      Tak ada respon
2.      Tanpa Adsorpsi
3.      Tahap penetrasi
4.      Tahap Sintesis & Replikasi
5.      Tahap perakitan
6.      Tahap Lisis
7.      Tahap Adsorpsi, yaitu fase dimana virus menempel pada sel inang
8.      Tahap penetrasi, yaitu tahap dimana virus memasukkan asam nukleatnya kedalam sel inang
9.      Tahap sintesis, yaitu fase dimana DNA/RNA virus memerintahkan DNA/RNA sel inang untuk memperbanyak bagian-bagian tubuh virus.
10.  Tahap perakitan, yaitu fase dimana bagian-bagian tubuh virus yang sudah diperbanyak digabungkan sehingga sehingga membentuk virus lengkap
11.  Tahap lisis, yaitu dimana sel inang mati karena dipecah oleh virus yang akan keluar dari dalam sel inang.
0
1
1
1
1
1
1

1


1



1



1


Jumlah skor
10
3.
1.      Tidak ada respon
2.      Tahap Adsorpsi
3.      Tahap penetrasi
4.      Tahap penggabungan
5.      Tahap pembelahan
6.      Tahap Adsorpsi yaitu fase dimana virus menempel pada sel inang
7.      Tahap penetrasi yaitu fase dimana vurus memasukkan asam nukleatnya ke dalam sel inang.
8.      Tahap penggabungan yaitu fase dimana asam nukleat virus bergabung  dengan asam nukleat sel inang
9.      Tahap pembelahan yaitu fase dimana asam nukleat virus akan selalu ikut membelah bersma dengan proses pembelahan yang dilakukan oleh sel inang.
0
4








1
1
1
1
1

1


1


1




Jumlah skor
12
4.
1.      Tidak ada respon
2.      Pada siklus litik waktu relatif singkat
3.      Menonaktifkan bakteri (non virulen)
4.      Hasil virus banyak dalam sekali lisis
5.      Pada siklus lisogenik waktu relatif lama
6.      Mengkombinasikan materi genetik bakteri dengan virus (virulen)
7.      Hasil virus tergantung pembelahan inang, 2 sel dalam sekali pembelahan
0
2
2
2
2
2

2

Jumlah skor
12

Total skor
40

v  Nilai berdasarkan jumlah skor dibagi 4 , maka nilainya 10.





Mengetahui

Kepala Sekolah                                                                           Guru Pembimbing